Mateng, maleosulbar.com— Musim kemarau panjang dalam 3 bulan terakhir telah memicu krisis air bersih. Tercatat 4.539 jiwa yang bermukim di 5 kecamatan di Kabupaten Mamuju Tengah, Sulawesi Barat mengalami kesulitan air bersih.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mamuju Tengah berupaya menyalurkan bantuan air bersih secara bergantian ke setiap desa terdampak.
Kepala Pelaksana BPBD Mamuju Tengah, Bachtiar dalam keterangannya, Sabtu (14/10/2023), mengatakan lima kecamatan terdampak yang dimaksud yaitu Kecamatan Topoyo, Tobadak, Karossa, Budong-budong dan Pangale.
Kondisi ini terjadi karena wilayah Mamuju Tengah terdampak fenomena El Nino. Bukan hanya krisis air, namun juga potensi kebakaran hutan dan lahan makin meningkat. BPBD Mamuju Tengah mencatat sembilan hektare lahan perkebunan sawit ikut terbakar imbas kekeringan.
Di Kecamatan Karossa terdapat 2 desa terdampak, Kecamatan Topoyo 3 desa, Kecamatan Tobadak 2, Kecamatan Budong-budong 2 desa dan Kecamatan Pangale 3 desa. Total jumlah warga terdampak mencapai 4.539 jiwa.
Pemerintah Kabupaten Mamuju Tengah telah membentuk tim penanganan kekeringan yang terdiri dari BPBD Mamuju Tengah, Damkar, Dinas Sosial, Polres Mamuju Tengah dan Baznas.
Pihak BPBD Mamuju Tengah juga telah berkoordinasi dengan pemerintah desa terkait dengan perkembangan kondisi warga terdampak. Sejauh ini, 12 desa di 5 kecamatan terdampak kemarau panjang masih mengalami kesulitan air bersih.
Pemkab Mamuju Tengah harus mampu memastikan warga tetap mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari selama musim kemarau panjang berlangsung.
Untuk kedepannya, Pemkab Mamuju Tengah bisa mendorong agar PDAM setempat mempunyai kemampuan untuk mengelola ketersediaan air bersih dan juga melakukan pipanisasi, agar warga bisa terbebas dari krisis air bersih saat musim kemarau.
Komentar